Sedih! Cerita Pengorbanan Si Ayah
Terhadap Keluarganya | Sebagai seorang
lelaki. maka kita
perlu bersedialah untuk
menjadi seorang suami, malah harus
bersedia untuk menjadi seorang bapa. Kita juga sebagai anak perlu tahu tentang
susah payah seorang bapa dalam membesarkan kita, dalam
menyara keluarga
tanpa memikirkan penat lelah. Apa yang pasti insan bergelar ayah ini,
mahu zuriat-zuriat mereka hidup dalam kesenangan dan bahagia.
Aku nak kita
sama-sama mengenang kembali apakah
jasa si ayah terhadap kita sekeluarga.
Suatu ketika, ada seorang anak perempuan yang
bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang
mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbongkok-bongkok,
disertai suara batuk-batuknya.
Anak perempuan itu bertanya pada ayahnya : “Ayah,
mengapa wajah ayah kian berkerut-merut dengan badan ayah yang kian hari
kian membongkok ?”
Demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang
berehat di beranda.
Si ayah menjawab : “Sebab aku lelaki.”
Anak perempuan itu berkata sendirian : “Saya
tidak mengerti”.
Dengan kerut-kening kerana jawapan ayahnya
membuatnya termenung rasa kebingungan.
Ayah hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut
anaknya itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian si ayah mengatakan :
“Anakku, kamu memang belum mengerti tentang lelaki.”
Demikian bisik Si ayah, yang membuat anaknya itu
bertambah kebingungan.
Kerana perasaan ingin tahu, kemudian si anak itu
mendapatkan ibunya lalu bertanya kepada ibunya : “Ibu, mengapa wajah Ayah jadi
berkerut-merut dan badannya kian hari kian membongkok? Dan sepertinya ayah
menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?”
Ibunya menjawab : “Anakku, jika seorang lelaki
yang benar-benar bertanggungjawab terhadap keluarga itu memang akan demikian.”
Hanya itu jawapan si ibu. Si anak itupun kemudian
membesar dan menjadi dewasa, tetapi dia tetap juga masih tercari-cari jawapan, mengapa
wajah ayahnya yang tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi
membongkok?
Hingga pada suatu malam, dia bermimpi. Di dalam
impian itu seolah- olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas
sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian
kalimah sebagai jawapan rasa kebingungannya selama ini.
“Saat Ku-ciptakan lelaki, aku membuatnya sebagai
pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia
senantiasa akan berusaha untuk menahan setiap hujungnya, agar keluarganya
merasa aman, teduh dan terlindung.”
“Ku ciptakan bahunya yang kuat dan berotot untuk
membanting- tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup
kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya.”
“Ku berikan kemahuan padanya agar selalu berusaha
mencari sesuap nasi yang berasal dari titisan keringatnya sendiri yang
halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia
mendapat cercaan dari anak-anaknya”.
“Ku berikan keperkasaan dan mental baja yang akan
membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya
tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah
kuyup kedinginan dan kesejukan kerana tersiram hujan dan dihembus angin, dia
relakan tenaga perkasanya dicurahkan demi keluarganya, dan yang selalu dia
ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan
hasil dari jerih- payahnya.”
“Kuberikan kesabaran, ketekunan serta
kesungguhan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan
membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan
hidupnya keletihan dan kesakitan kerapkali menyerangnya”.
“Ku berikan perasaan cekal dan gigih untuk
berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam suasana dan
situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya,
melukai hatinya.
Padahal perasaannya itu pula yang telah
memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap.
Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia
sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling
mengasihi sesama saudara.”
“Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya
untuk memberikan pengertian dan kesedaran terhadap anak-anaknya tentang saat
kini dan saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dikotak-katikkan
oleh anak-anaknya.”
“Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya
untuk memberikan pengetahuan dan menyedarkan, bahawa isteri yang baik
adalah isteri yang setia terhadap suaminya, isteri yang baik adalah
isteri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup
baik suka mahupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji
setiap kesetiaan yang diberikan kepada isteri, agar tetap berdiri, bertahan,
sepadan dan saling melengkapi serta saling menyayangi.”
“Ku berikan kerutan diwajahnya agar menjadi
bukti, bahawa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya fikirnya untuk mencari
dan menemukan cara agar keluarganya dapat hidup didalam keluarga bahagia dan
badannya yang terbongkok agar dapat membuktikan, bahawa sebagai lelaki yang
bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan
sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi
kelanjutan hidup keluarganya.”
“Ku berikan kepada lelaki tanggungjawab penuh
sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga ( seri / penyokong
), agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan
yang dimiliki oleh lelaki, walaupun sebenarnya tanggungjawab ini adalah amanah
di dunia dan akhirat.”
Terkejut si anak dari tidurnya dan segera dia
berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri
bilik ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak itu
menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya.
“Aku mendengar dan merasakan bebanmu, ayah.”
Moral:
Bila ayah anda masih hidup jangan sia-siakan
kesempatan untuk membuat hatinya gembira. Bila ayah anda telah tiada, jangan
putuskan tali siratulrahim yang telah dirintisnya dan doakanlah agar Tuhan
selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya.